//.:::.

Friday, March 19, 2010

Journey to the East(part 1)

        Mengawali cerita ini, aku ingin mengatakan ini adalah perjalanan ternekat aku. Tidak ada sumber apapun yang berusaha aku gali. Tidak ada teman yang berhasil aku bujuk untuk ikut. Namun dengan kenekatan yang cukup besar, aku tetap kekeuh melanjutkan perjalanan ini menuju desa Senduro, Lumajang. 

         Perjalanan kali ini aku memutuskan untuk mencoba menaiki angkutan sejuta umat, kereta ekonomi. Kenapa angkutan itu? karena  dengan memilih kereta ekonomi ini, bisa memangkas uang perjalanan hampir 50 persen. Disamping itu, aku bisa bersosialisasi dengan saudara-saudara kita dari berbagai kalangan. Mendengar obrolan-obrolannya, menikmati leluconnya yang kadang agak sedikit garing atau vulgar. :). Kereta yang saya gunakan berangkat pukul 20.50 dari stasiun kiara condong.  Tidak ada aktivitas lain yang bisa saya lakukan selain tidur, baca chicken soup ataupun mengobrol dengan dengan teman sebangku saya.



jika sedang berada dalam kumpulan orang yang tertidur aku sering berpikir,
apa kira2 yang sedang mereka pikirkan. Menutup mata untuk melihat keindahan
lebih banyak lagi di alam lain. Mungkin ada keindahan yang tertampil, mungkin 
sebaliknya. Namun, siapa yang tahu? :)


       Stasiun demi stasiun terlewati, namun sisa perjalanan saya belum juga mencapai klimaksnya. Demi membunuh rasa bosan, saya berjalan kesana kemari di setiap gerbong. Memperhatikan banyak hal aneh, lalu mengabadikannya.


   Saranku, ajak teman klo bepergian jauh. Biar ndak boring-boring amat.

       Semakin lama perjalanan, aku perhatikan pemandangannya semakin asing. Pertama kalinya  aku mengikuti kereta sampai ke daerah ini, menghirup udaranya pun baru kali ini. Aroma tanah lembab sehabis hujan dan dinginnya udara mengingatkan aku pada suatu tempat yang pernahku kunjungi. Begitu dekat dan namun samar-samar dalam pikiranku.  Hanya ada aku, gerbong,  dan sekumpulan rakyat pribumi yang menikmati layanan ekonomi.

Entah apa yang di tunggu bapak tua ini, awalnya aku  pikir hendak menaiki kereta  ini,
namun tidak ada respon. Bahkan sampai kereta dari rel sebelah datang, bapak
ini tetap terpaku. Mungkin dia sedang menunggu sesuatu yang tak terpikirkan 
oleh kita. :)


                              Nowhere station


 
Sancoko, seorang sahabat yang saya temui di
kereta. Masih SMP namun atas inisiatifnya sendiri
dia memilih melanjutkan sekolahnya di Kediri, diban-
dingkan jogja. Dia sangat mencita-citakan 
bersekolah nanti di jawa barat. Menurutnya cewek
dsana cantik-cantik. Aku setuju bro!


       Pukul 12an siang, aku sampai di stasiun Kediri. Menginjakkan kaki dengan dengan muka kebingungan. Untuk menenangkan diri, aku memilih makan dan mandi terlebih dahulu. Dari local expert, aku mendapatkan informasi mengenai tempat mana yang harus aku tuju selanjutnya. Dengan persiapan mental dan pikiran  yang sudah penuh, akhirnya aku menuju ke Malang. Dari stasiun kediri ini sampai tempat menunggu bus yang menuju malang, kita musti berjalan kaki kurang lebih sejauh 100 meter. Itu jika mau berhemat. Namun jika  hendak menaikin kendaraan lain, disekitar area stasiun banyak tersedia. Namun ndak afdol kan, klo  perjalanan udah jauh dan bergaya pendaki gini belum ada bagian cerita tentang berjalan kaki. :)



                    Stasiun Kediri


                                 Mengejar bus Ke Malang

Beberapa menit berlalu akhirnyaa datang juga bus yang akan membawa aku ke malang. Oke, petualangan ke malang di mulai.

          Kurang lebih perjalanan ke malang membutuhkan waktu 2.5jam, melewati banyak kota dan tempat menarik untuk meneduhkan mata(batu, ngantang, dll). Perjalanan ke kota ini, kita akan disuguhi banyak pemandangan. Yah, jika di asosiasikan dengan bandung, kita serasa akan melewati lembang dengan view perkebunan dan aroma udara yang lembab nan dingin.

         Perjalanan sampai distasiun arjosari(malang), ternyata bukan merupakan pijakan terakhir aku untuk sampai ke lumajang. Menurut informasi orang-orang dsana aku musti menuju stasiun lain yakni Gadang. Hari sudah semakin sore, ditambah hujan mulai semakin deras membuat aku semakin cemas. Semangat aku untuk mencapai tempat tersebut mulai mengendor. Tapi, tekad aku sudah bulat. Jauh-jauh udah sampai dsini, moso yo mbalik mulih(masa kembali pulang, red.). Alhasil setelah tanya sana sini, aku naik angkot dimana rutenya berputar-putar di kota malang. Walaupun agak lama, tapi jadi tw bagaimana asrinya kota ini.:)

         Dari Terminal Gadang, aku berangkat pukul 16.45 sore. Keadaan sudah semakin tidak menentu, ternyata gosipnya tempat yang saya tuju masih berjarak 4 jam perjalanan dari sini. Bus yang ingin aku tumpangi langsung meluncur keluar, jadi dengan terpaksa aku mengejar bus ini. Kondisiku saat ini adalah sangat kelaparan dan gelisah. Udara menjadi semakin dingin dan semuanya tampak asing. Bus melaju dengan kencang melintasi jalanan yang penuh tikungn dan tanjakan. Namun, hingga 4 jam perjalanan, bus masih belum memberitahukan tempat pemberhentian untukku. Saat itu, aku sama sekali belum memiliki gambaran, bagaimana tempat pemberhentian itu, apakah hutan dengan sisi tebing atau sebuah kota. Bus terus melaju, menembus kegelapan hutan daerah nowhere ini.

        Akhirnya, pukul 21.10 wib aku tiba di perbatasan desa senduro lumajang.  Untunglah ternyata bus memberhentikan aku di sebuah perempatan kota. Namun, permasalahan belum berhenti sampai dsitu. Untuk menuju lokasi, setidaknya aku butuh tumpangan atau alat transportasi lain. Lupakan mengenai jalan kaki. Karena menurut penuturan orang-orang sekitar, jauhnya lokasi tujuan dengan posisi aku sekarang kurang lebih 6 Km. Disamping itu, jalur menuju kesana melewati area hutan jati yang lebat. Jadi aku berpikir lebih bijaksana dengan menumpang ojek yang kebetulan sedang mangkal disekitaran sana.

         Melewati kecamatan demi kecamatan, kami lewati bersama motor grand tua pengemudi ojek. Desir angin malam membuat suasana menjadi semakin dingin. Akhirnya, dalam beberapa bagian perjalanan sampailah saya di daerah hutan jati yang dimaksud. Hutannya sangat lebat. Jika pernah menonton film harry potter, mungkin bisa di asosiasikan dengan Hutan Terlarang yang ada dsana. Pohonnya jatinya menjulang tinggi. Ketika kami lewat, hanya ada deru motor ini dan terpaan cahaya bulan yang mengenai kabut yang semakin menambah mistisnya hutan ini. Apa jadinya kalau aku nekat berjalan kaki tadi ya, mungkin aku sudah diculik makhluk yang bersembunyi dibalik pohon. hiii...

         Tak terasa kita sudah berjalan 45 menit, aku akhirnya sampai di Pura Agung Semeru Lumajang. Dengan perasaan puas, aku akhirnya bisa menaklukkan medan yang jauh ini. Untuk cerita selanjutnya, nanti aku sambung lagi ceritanya.


Salam hangat,


.dode.

2 Komentar:

MoronCoder said...

nice post gan, nice adventure too

Dode Sendiri. said...

suksam pak...
:)

Post a Comment