Pupus mimpi karena satu kegagalan sudah bukan jamannya lagi. Seseorang bayi yang tidak pernah berhenti terjatuh saat masa awal belajar berjalan tidak akan pernah merasakan nikmatnya berlari di tepi pantai kuta saat matahari tenggelam.
Seorang teman pernah berkata, “jangan mimpi terlalu tinggi, jatuhnya akan sangat sakit”. Persepsi ini ada benar, ada salahnya juga. Pengertian rasa tidak pernah dapat digambarkan absolut. Bukan merupakan perhitungan eksak yang dapat dibenarkan menurut pandangan pihak lain. Sehingga alasan-alasan dibalik senang, sedih, gundah, BeTe tidak bisa dipandang secara ojektif. Jadi saya pikir, teman saya yang melontarkan pendapat diatas kemungkinan telah memiliki definisi sakit yang sangat luar biasa, sehingga ia malah membatasi mimpinya. Padahal, klo kamu pernah terjatuh sesekali saat memperjuangkan sebuah mimpi, kita akan akan diberi pengertian baru akan sebuah kegagalan. Keadaan ini akan membuatmu “kehilangan” rasa sakit saat terjatuh pada kesempatan berikutnya.
Pencapaian akan sebuah mimpi tidak akan pernah mudah. Banyak pengorbanan yang akan kamu hadapi. Bahkan kamu akan berkenalan dengan sebuah teman kehidupan yang bernama kehilangan. Jika kita salami, kehilangan merupakan existensi dan pelengkap dari apa yg kamu miliki semua saat ini. Dualisme abadi yang dimiliki alam, sama seperti terang gelap, panas dingin, dan siang malam.
Terakhir, jika kamu pernah memiliki mimpi. Terjatuh karena satu kegagalan bukan hanya membuatmu sakit. Keadaan itu akan membuatmu berfikir dan termotivasi, ini adalah salah satu cara meyakinkan kita bahwa ini adalah ujian. Ujian dari alam apakah kita sudah layak ‘naik kelas’ dengan kualitas motivasi yang kita miliki. Sekian.
Salam hangat,
.dode.
nb: terima kasih untuk om gerrad adi, mas ignatius untung, mas aris, mas edi, ama mas andi... Mereka sudah merubah saya, menjadikan saya lebih dewasa dalam berpikir. Saya akan berusaha untuk lebih baik lagi. Baik secara teknis, konsep atw pemikiran. Saya akan memenuhi standar itu. :)